1. Pendahuluan
Kita hidup di tengah-tengah dunia yang selalu berubah. Pelbagai kemajuan di segala bidang, di satu sisi telah membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik; tetapi di sisi lain kemajuan itu telah menjadikan manusia cenderung mencari solusi yang cepat serta
instant, tanpa melalui proses yang berbelit-belit dan berkepanjangan. Iman Kristen selalu diperhadapkan pada isu-isu yang menyangkut kehidupan umat manusia, termasuk pelbagai kemajuan tersebut agar memberikan penilaian yang jujur dengan landasan Alkitab yang kuat.
Kali ini yang akan dibahas adalah Aktivasi Otak Tengah (untuk selanjutnya ditulis AOT), yaitu suatu teknik pelatihan mengaktifkan otak tengah
(midbrain) yang dilakukan terhadap anak-anak berusia 5-15 tahun. Banyak cara telah dilakukan untuk mengaktifkan otak tengah, dna yang paling mutakhir adalah menggunakan metode ilmiah yaitu dengan bantuan teknologi komputer. Saat ini teknik pelatihan AOT tersebut sedang menghadapi sikap pro dan kontra di kalangan umat Kristiani. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada orang tua dalam mengambil keputusan apakah perlu mengikutseratkan putra-putrinya dalam pelatihan AOT.
2. Prinsip Penilaian Teologis
Untuk menyampaikan pandangan iman Kristen terhadap isu-isu tertentu, kita harus menganalisanya dari segala aspek. Terhadap AOT penulis menganalisa mulai dari hakikat, sejarah, motivasi, tujuan, metode, dampak, manfaat dan mudaratnya. Analisa ini bersifat teologis karena didasarkan kepada kebenaran firman Tuhan, tetapi juga praktis karena langsung menyangkut kehidupan nyata. Tentu saja masih bisa ada diskusi lebih lanjut, karena tulisan ini memang tidak dimaksudkan untuk menghakimi siapa pun, melainkan memberikan penilaian semurni mungkin.
3. Aktivasi Otak Tengah
Salah satu lembaga yang banyak menangani AOT adalah Genius Mind Consultancy (GMC) International, yang kini juga banyak mengadakan pelatihan AOT di Indonesia secara
franchise. Berikut ini kita akan melihat sekilas tentang Aktivasi Otak Tengah:
(a) Hakikat AOT
Manusia diciptakan Tuhan dengan pelbagai kemampuan yang luar biasa. Salah satunya adalah kemampuan berpikir dengan menggunakan otak. Selama ini telah banyak dibahas tentang kemampuan Otak Kanan dan Otak Kiri. Otak Kanan memiliki kemampuan dalam bidang: kepribadian, kreativitas, intuisi, implementasi, kinerja, dan seni. Sedangkan Otak Kiri memiliki kemampuan dalam bidang: logika, kalkulasi/perhitungan, berbicara, membaca, menulis, dan analisis. Masing-masing dari dua belahan otak bertanggung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun penyilangan memang terjadi (DePorter dan Hernacki 1992: 39).
Di antara Otak Kanan dan Otak Kiri tersebut terletak
corpus callosum yang berfungsi sebagai jembatan penghubung di antara keduanya. Bagian ini dikenal dengan sebutan Otak Tengah. Dikatakan bahwa Otak Tengah lebih banyak berkonsentrasi menyediakan sarana komunikasi dengan kemampuan yang luar biasa. Perkembangan Otak Tengah akan memacu perkembangan Otak Kanan dan Otak Kiri. Ketika Otak Tengah diaktifkan, maka kedua otak kanan dan kiri akan bekerja secara sinergis, menghasilkan kemampuan otak yang lebih besar dari pada jika kedua otak itu bekerja secara terpisah.
(b) Sejarah AOT
Selama ini Jepang dikenal sebagai bangsa yang telah mengaktivasi otak tengah sejak sekitar 40 tahun yang lalu, namun tidak mempublikasikannya di luar Jepang. Barulah sekitar 5 tahun yang lalu, AOT dijalankan di Malaysia dan mendapatkan respons positif dari pemerintah di sana. Dari sana, Bp. David Ting menyebarkannya ke Indonesia.
(c) Motivasi AOT
Sejauh pandangan penulis, AOT diajarkan dengan motivasi ingin menolong banyak anak-anak usia sekolah dasar agar mampu memaksimalkan potensi dirinya. Mengingat banyak orang tua yang menginginkan anaknya lebih berprestasi di sekolah, maka kemudian muncul motivasi bisnis, dalam bentuk
franchise di mana-mana.
(d) Tujuan AOT
Mereka yang berkecimpungan dalam pelatihan Otak Tengah seringkali menonjolkan kemampuan anak dalam melakukan sesuatu dengan mata yang ditutup. Bahkan pada logo penyelenggara pelatihan, yaitu GMC pun ada gambar anak dengan mata tertutup. Blindfold Reading Method (BFR) ini adalah cara untuk membuktikan kepada orang tua bahwa Otak Tengah anak telah diaktifkan.Prinsipnya adalah bahwa apa yang bisa dilihat oleh mata, maka dapat dilihat melalui otak.
Menurut mereka, sebenarnya tujuan akhir setelah Otak Tengah diaktifkan bukanlah meminta orang untuk belajar sambil menutup mata atau memejamkan mata dalam menjalani hidup, tetapi membantu anak-anak memasuki kondisi terbimbing Otak Tengah. Dengan demikian mereka dapat secara seimbang menggunakan otak kanan dan otak kiri serta mengembangkan potensi terbesar dari daya otak. Memejamkan mata membantu anak memasuki hubungan antar-bagian otak
(interbrain). Setelah terbiasa menggunakannya, tidak perlu menutup mata juga dapat menggunakan Otak Tengah, yaitu dengan membuka mata juga dapat mengembangkan keseimbangan otak kanan dan otak kiri; sehingga otak kanan dan otak kiri berkembang secara seimbang.
(e) Metode AOT
Fungsi Otak Tengah digambarkan seperti stasiun relai di mana terjadi konsentrasi yang tinggi dari pancaran gelombang otak, karena Otak Tengah menerima pantulan gelombang otak dan memancarkannya.
Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang listrik yang berfluktuasi. Gelombang listrik ini disebut brainwave atau gelombang otak. Pada tahun 1929, Hans Berger, seorang psikiater Jerman, menemukan Electro Encephalograph (EEG) yang bisa digunakan untuk mengukur gelombang listrik yang dihasilkan otak. Sejak saat itu teknologi berbasis gelombang otak untuk meningkatkan kemampuan pikiran dan perkembangan diri manusia di seluruh dunia. Riset selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa gelombang otak tidak hanya menunjukkan kondisi pikiran dan tubuh seseorang, tetapi dapat juga disimulasi untuk mengubah kondisi mental seseorang. Dengan mengkondisikan otak agar memproduksi atau mereduksi jenis frekuensi gelombang otak tertentu, maka dimungkinkan untuk menghasilkan beragam kondisi mental dan emosional.
Secara garis besar, otak manusia menghasilkan empat jenis gelombang otak secara bersamaan, yaitu beta, alpha, tetha, delta. Akan tetapi selalu ada jenis gelombang otak yang dominan, yang menandakan aktivitas otak saat itu. Misalnya jika kita tertidur, maka gelombang otak yang dominan adalah delta. Gelombang otak bisa dimanipulasi (diprogram) dengan cara mendengarkan suara yang sudah diatur frekwensinya untuk mendapatkan efek-efek tertentu sesuai kebutuhan.[1]
Inilah jenis-jenis gelombang otak yang dimiliki manusia:[2]
- Gelombang Gamma (16 -100 Hz) – adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, kondisi ini dalam kesadaran penuh.
- Gelombang Beta (12-19 Hz) – merupakan gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh. Seseorang berada dalam kondisi ini ketika ia melakukan kegiatan sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, misalnya: berdebat, berpidato, mengajar, atau dalam acara tanya jawab.
- Gelombang Alpha (8-12 Hz) – adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Anda bisa mengingat mimpi Anda, karena Anda memiliki gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha pada saat Anda bermimpi.
- Gelombang Theta (4 -8 Hz) – adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya napas mulai melambat dan dalam. Selain orang yang sedang di ambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan gelombang otak ini saat trance, hypnosis, meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyuk. Orang yang mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan gelombang otak theta pada saat mereka latihan atau menyalurkan energinya kepada orang lain.
- Gelombang Delta (0,5-4 Hz) – adalah gelombang otak yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, yaitu di bawah 3 Hz. Otak seseorang menghasilkan gelombang ini ketika ia tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuhnya melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap.
- Gelombang Epsilon (< 0,5 Hz) – adalah gelombang otak yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta di atas.
Oleh sebab itu untuk mengaktifkan Otak Tengah digunakan peralatan computer yang menghasilkan music guna merangsang gelombang otak anak. Pada saat AOT, acara dibuat agar anak-anak merasa bebas. Mereka dapat berteriak, menyanyi, bahkan juga mendapatkan hadiah-hadiah kecil. Ada juga beberapa anak yang tertidur ketika acara tengah berlangsung. Hal ini adalah hal yang biasa dan tidak mengganggu proses pengaktifan. Dikatakan bahwa hasil yang diperoleh dengan metode ini sekitar 90 % (Sangkanparan 2010: 89).
GMC menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan kekuatan supernatural, meditasi dan hipnotis di dalam kelas. Pelatihan GMC murni pendidikan secara ilmiah dan alami. Murid harus bekerja sama untuk memperoleh manfaat darinya.
Metode yang akan diajarkan oleh GMC adalah sebagai berikut:
1. Aktifasi otak tengah.
2. Membaca dengan mata tertutup.
3. Motivasi dan rahasia sukses.
4. Teknik membaca cepat.
5. Teknik melatih otak.
6. Pemetaan pikiran.
7. Teknik melatih daya ingat.
8. Sesi orang tua dan bagaimana menjadi anak yang baik.
Kemampuan anak-anak sebaiknya diasah melalui latihan secara bertahaP;
(1) Tingkat Satu – Latihan Memori (terdiri dari 6 level)
- Level 1 – Dua Warna, dengan menggunakan kartu Uno dua warna, dari 9-12 kartu (dasar), 16-20 kartu (menengah), dan 25-30 kartu (mahir).
- Level 2 – Angka Saja, dengan menggunakan kartu berangka, tetapi warna sama: 6-12 kartu (dasar), 16-20 kartu (menengah), 25-30 kartu (mahir).
- Level 3 – Angka dan Warna, dengan menggunakan 9-40 kartu dengan 2-5 warna
- Level 4 – Metode Asosiasi Memori Kartu, dengan dengan menggunakan angka beserta 2-4 macam warna.
- Level 5 – Metode Asosiasi Memori Benda, dengan menempatkan 20-50 jenis benda. Mereka dilatih untuk mampu menyebutkan benda-benda itu tanpa melihatnya.
- Level 6 – Memori Fotografis, yaitu menggunakan gambar yang kompleks.
(2) Tingkat Dua – Kekuatan Mental Super (terdiri dari 7 level)
- Level 1 – Keahlian dengan Mata Tertutup, di mana anak bisa melihat warna dan angka (dasar), melihat warna dan angka dari jarak 3 meter (menengah), bisa melihat dengan mata tertutup tanpa kain penutup mata (mahir).
- Level 2 – keahlian dengan Mata Tertutup, di mana akan bisa melihat di kegelapan (dasar), bisa melihat dari/di balik dinding (menengah), dan bisa melihat benda di dalam kotak (mahir).
- Level 3 – Skin Vision, yaitu melihat dengan menggunakan rabaan tangan terhadap kartu yang posisinya dibalik, warna saja.
- Level 4 – Skin Vision, yaitu melihat dengan menggunakan rabaan tangan terhadap kartu yang posisinya dibalik, warna dan angka.
- Level 5 – Skin Vision, yaitu melihat dengan menggunakan rabaan tangan terhadap warna bola yang ditaruh dalam kantong plastic berwarna hitam tidak tembus pandang.
- Level 6 – Dari belakang Kepala, yaitu melihat dari warna hingga warna dan angka berjarak 0,5 meter di belakang kepala.
- Level 7 – Prediksi, yaitu mampu menebak kartu yang akan diambil, dari 2 warna hingga empat warna.
(f) Dampak AOT
Beberapa dampak AOT diambil dari testimony atau kesaksian beberapa orang tua yang diekspose oleh penyelenggara AOT, yang intinya adalah bahwa mereka kagum melihat potensi putra-putri mereka setelah otak tengahnya diaktivasi. Beberapa di antaranya saya sajikan di sini:
(g) Manfaat dan Mudarat AOT
Menurut brosur GMC, manfaat AOT adalah sebagai berikut:
- meningkatkan konsentrasi;
- meningkatkan daya ingat;
- meningkatkan kreativitas;
- lebih cerdik dan berbakat;
- hormon lebih seimbang;
- membentuk karakter positif;
- emosi lebih stabil;
- lebih berprestasi.
4. Pandangan Iman Kristen
Setelah mempelajari AOT, saya akan memaparkan pandangan iman Kristen terhadap AOT. Pandangan ini terdiri dari dua bagian, yaitu terhadap hal-hal yang positif (manfaat) dari AOT dan hal-hal yang negatif (mudarat) dari AOT.
Untuk hak-hal yang positif menyangkut pengembangan potensi diri
(self potensial), membangkitkan rasa percaya diri
(self confidence), dan mencerdaskan bangsa.
Pertama, tentang mengembangkan potensi diri. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan menghendaki agar kita mengembangkan potensi diri yang dianugerahkan-Nya kepada kita. Setiap orang tua yang normal akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya di segala bidang: fisik, mental, dan spiritual mereka. Talenta yang Tuhan anugerahkan harus dikembangkan sebaik-baiknya (Matius 25:20,22). Termasuk di dalamnya mengembangkan kemampuan otak kita, baik Otak Kanan, Otak Kiri, maupun Otak Tengah. Dari sisi ini, kedelapan tujuan AOT di atas sebenarnya tidak bertentangan dengan firman Tuhan.
Kemampuan daya ingat bisa digunakan untuk mengingat ayat-ayat firman Tuhan seperti yang diajarkan di Sekolah Minggu dengan cara menghafal. Kemampuan mengasihi orang lain juga penting dalam rangka interaksi sosial antarsesama manusia. Kemampuan inovasi dan kreativitas juga dibutuhkan dalam rangka mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dan akan dihadapi. Demikian pula dengan tujuan lainnya.
Kedua, tentang membangkitkan rasa percaya diri. Sebenarnya tidak ada yang salah juga dalam hal membangkitkan rasa percaya diri seorang anak yang pada mulanya rendah diri. Ia diajar untuk melihat apa yang Tuhan berikan padanya dan tidak iri hati terhadap orang lain yang memiliki kemampuan yang berbeda. Orang yang memiliki rasa percaya diri yang wajar selalu ingin maju, sementara orang yang rendah diri atau
minder selalu takut melangkah.
Ketiga, tentang mencerdaskan bangsa. Para penyelenggara AOT yang membimbing anak-anak ini dengan kedelapan tujuan hendaknya tetap memiliki motivasi mencerdaskan bangsa. Ini adalah motivasi yang mulia, agar bangsa Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa lain. Indonesia memiliki tanah air yang
gema ripah loh jinawi, sangat subur. Sumber alamnya melimpah ruah. Hanya saja dibutuhkan anak-anak bangsa yang cerdas untuk dapat mengelolanya dengan baik.
Namun demikian ada hal-hal yang perlu diwaspadai dalam AOT, yaitu menyangkut rasa percaya diri yang berlebihan, kecenderungan menjadi alat dan bagian dari Gerakan Zaman Baru
(New Age Movement), membentuk sikap
instant.
Pertama, rasa percaya diri yang berlebihan. Sudah saya katakan di atas bahwa memiliki percaya diri pada batas normal tidak bermasalah, tetapi jika kemudian mengarah kepada rasa percaya diri yang berlebihan
(over self-confidence) akan berbahaya bagi anak dan lingkungannya. Yel-yel peserta didik AOT, yang antara lain berbunyi “aku anak paling pintar o ye, aku pintar, aku pintar, aku paling hebat.” jika tidak hati-hati akan mengarah kepada rasa percaya diri yang belebihan. Ia akan menjadi sombong atau tinggi hati. Alkitab menyatakan agar kita tidak mengandalkan kekuatan pada diri kita sendiri dan pada manusia pada umumnya, melainkan mengandalkan TUHAN (Yer. 17:5-8). Alkitab juga mengajarkan supaya kita rendah hati (1 Pet. 5:5).
Kedua, alat atau bagian dari Gerakan Zaman Baru. Gerakan Zaman Baru (GZB) adalah suatu gerakan yang berdasar pada kebatinan timur (orientalisme). Yang termasuk dalam GZB antara lain (Herlianto 1992: 4):
a) Mistik Barat, yang meliputi: Horoscope, dsb.
b) Mistik India, yang meliputi: Yoga, Transcendental Meditation (TM), Sai Baba, dsb.
c) Mistik China, yang meliputi: Tai Chi dan Waitankung, Feng Shui dan Astrologi dsb.
d) Mistik Jepang, yang meliputi: ajaran Zen, Nichiren Soshu, Mahikari, dsb.
e) Perdukunan, yang meliputi: penggunaan jimat, spiritisme, dsb.
f) Gerakan Pengembangan Diri, dengan ajaran kuncinya pada aktualisasi diri
(self actualization), berpikir positif
(positive thinking), dsb.
Melihat manfaat AOT di atas, maka perlu diwaspadai apakah termasuk dalam golongan f), yaitu Gerakan Pengembangan Diri (yang didasarkan bukan pada iman kepada Tuhan Pencipta melainkan pada paham panteisme) atau tidak. Mungkin pada mulanya AOT tidak termasuk dalam GZB, namun jika tidak hati-hati bisa terjerumus ke sana. Jika sudah demikian akan sangat berbahaya karena bertentangan dengan firman Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa dalam melakukan segala sesuatu kita harus mendasarkannya di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus
(Kol. 3:17, 23). Jadi, walaupun manfaatnya baik tetapi jika dilakukan dengan motivasi dan cara yang salah akan mendatangkan efek yang tidak baik.
Ketiga, yang juga perlu diwaspadai adalah munculnya sikap
instant. Para orang tua yang menginginkan putra-putrinya lebih berprestasi lupa akan perlunya proses yang cukup panjang yang harus dilewati oleh sang anak. Pepatah “Rajin Pangkal Pandai” bisa tidak dihiraukan lagi, dan inginnya dalam tempo cepat preastasi anak langsung meningkat. Alkitab tidak menghendaki hal tersebut. Dibutuhkan proses panjang yang disertai ketekunan dan kesabaran. Sebenarnya AOT tidak dimaksudkan untuk itu, tetapi jika promosi dan publikasi yang disampaikan lebih menonjolkan unsur
instant-nya itu maka hasilnya tidak akan maksimal, bahkan bisa merusak.
5. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas saya memberikan kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, uji setiap isu yang muncul di sekitar kita dengan jeli dan hati jernih, agar kita tidak langsung menghakimi. Alkitab menyatakan:
“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tes. 5:21). Kedua, AOT sebenarnya memiliki tujuan yang baik, tetapi tetap perlu diwaspadai agar tidak jatuh ke dalam hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Ketiga, keberhasilan hidup putra-putri kita berada di dalam tangan Tuhan, bukan pada metode-metode apapun yang pernah diikuti oleh anak.
Keempat, jangan ingin bersikap
instant, jalani semua proses dengan penuh kesabaran dan ketekunan.